TRIBUNJABAR.ID - Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) berkunjung ke Desa Ciroyom sebagai bagian dari Program Societal impact.
Kunjungan ini tidak hanya menjadi wadah untuk melihat perkembangan inisiatif yang telah dijalankan sebelumnya, tetapi juga momentum memperkuat kolaborasi dengan masyarakat desa.
Uniknya, agenda ini dirangkaikan dengan Festival “Cirata Punya Cerita” yang bertepatan dengan peringatan Hari Jadi Desa Ciroyom ke-170.
Festival ini mengusung semangat menuju desa wisata budaya, dengan menampilkan beragam acara seperti jalan sehat, lomba masak nasi liwet, permainan rakyat, pentas seni dan budaya, hingga pameran UMKM lokal, seperti dalam keterangan yang diterima Tribunjabar.id, Rabu (3/9/2025).
Adanya kolaborasi dari SBM ITB menambahkan dimensi edukasi, khususnya melalui kegiatan pengenalan UMKM, workshop budaya, serta interaksi mahasiswa exchange dengan masyarakat.
Kegiatan dibuka dengan pementasan Tari Jaipong sebagai sambutan hangat bagi mahasiswa exchange. Kegiatan ini turut dihadiri oleh perwakilan Executive Vice President and Chief Officer, Asia Pacific, Americas, and Membership AACSB, Geoff Perry, Kepala Disparbud Jabar Dr. Iendra Sofyan, S.T., M.Si, Sekretaris PKK KBB Ibu Eka Maryati, Drs. Agus Ganjar Hidayat, M.Si. sebagai Camat Cipendeuy, Bapak Sirojudin sebagai Kepala Desa Ciroyom, Dr. rer. pol. Eko Agus Prasetio, S.T., MBA sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik SBM ITB, serta masyarakat desa yang hadir memadati pusat acara di Pujasera Desa Ciroyom.
“Pertama kalinya desa saya ini dihadiri oleh orang asing, tepatnya mahasiswa SBM ITB. Bagi saya, hal ini menjadi dampak positif bagi Desa Ciroyom untuk mengenalkan kepada mereka mengenai potensi UMKM yang berkembang disertai budaya yang ada,” ungkap Sirojudin, Kepala Desa Ciroyom.
Program societal impact SBM ITB merupakan implementasi nyata kewajiban institusi sebagai sekolah bisnis berakreditasi internasional AACSB.
Ketua Tim Societal Impact SBM ITB, Yunieta Anny Nainggolan, S.E., M.Com, Ph.D, kegiatan ini berbeda dengan pengabdian masyarakat (pengmas) pada umumnya.
Jika pengmas biasanya bersifat jangka pendek, societal impact dirancang sebagai program berkelanjutan yang terintegrasi dalam strategic plan sekolah, dengan fokus pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin ke-8 tentang Decent Work and Economic Growth.
“Sebagai sekolah yang terakreditasi, SBM ITB berkewajiban untuk memberi dampak pada lingkungan sekitar. Tentunya, program ini tidaklah mudah dan tidak sama seperti pengmas yang hanya sifatnya jangka pendek,"
"Societal impact ini merupakan kegiatan yang berkelanjutan, dengan tujuan mendorong ekonomi desa agar lebih mandiri melalui penguatan jiwa entrepreneur. Nantinya, desa binaan ini akan di-benchmark dengan desa yang sudah sukses sebelumnya, sehingga memberikan dorongan bagi desa ini untuk terus maju dan sukses,” jelas Yunieta.
Dalam jangka panjang nantinya, roadmap societal impact disusun dengan prinsip “One Year, One Village” yang memungkinkan pembinaan desa dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan dengan melihat peningkatan penjualan UMKM, terciptanya lapangan pekerjaan baru, serta lahirnya inovasi bisnis lokal sebagai indikator keberhasilan.
Melalui pendekatan ini, Desa Ciroyom diharapkan mampu berkembang menjadi desa mandiri dan berdaya saing tinggi, sekaligus menjadi model inspiratif bagi desa-desa lain di Indonesia. (*)
Sumber: jabar.tribunnews.com